Jumat, 04 Mei 2012

Misteri Kerajaan Shamballa


Di Tibet, ada sebuah tempat yang dikenal dengan surga. Selama ribuan tahun surga ini konon tidak tersentuh oleh manusia, karena memang letaknya di antara puncak-puncak bersalju Himalaya dan lembah-lembah terpencil. Dan bila orang melihatnya, maka dia akan melihat sebuah kerajaan dimana kebijakan universal dan damai yang tidak terlukiskan berada. Kerajaan surga itu disebut Shambhala.
————————————
Shambhala begitu misterius. Belum ada seorang pun yang mengklaim pernah melihatnya. Shambhala dianggap sebagai sumber bagi Kalachakra, yaitu cabang paling tinggi dan esoterik dalam mistik Tibet.
Legenda mengenai Shambhala sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam teks-teks kuno seperti Kalachakra dan Zhang Zhung yang bahkan sudah ada sebelum agama Budha masuk ke Tibet juga disebutkan keberadaan Shambhala.
Shambhala diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “Tempat kedamaian” atau “Tempat keheningan“. Kerajaan ini memiliki ibukota bernama Kalapa dan diperintah oleh raja-raja dinasti Kulika atau Kalki. Di tempat inilah, konon dihuni makhluk hidup yang sempurna dan semi sempurna bertemu dan bersama-sama memandu evolusi kemanusiaan. Hanya mereka yang murni hatinya yang dapat tinggal di tempat ini.
Manusia yang dapat melihat Shambhala, mereka akan dapat menikmati kebahagiaan dan kedamaian dan tidak akan sekalipun mengenal penderitaan.
Diceritakan kerajaan itu penuh dengan cinta kasih dan kebijakan. Tidak pernah terjadi ketidakadilan. Penduduknya memiliki pengetahuan spiritual yang sangat mendalam dan kebudayaan mereka didasari oleh hukum, seni dan pengetahuan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan pencapaian yang pernah diraih dunia luar.
Banyak petualang dan penjelajah telah berusaha mencari kerajaan mistik ini. Menurut mereka, mungkin Shambhala terletak di wilayah pegunungan Eurasia, tersembunyi dari dunia luar.
Sebagian lagi yang tidak menemukannya percaya bahwa Shambhala hanyalah sebuah simbol, penghubung antara dunia nyata dengan dunia yang ada di seberang sana. Tapi, sebagian orang lagi percaya bahwa Shambhala adalah sebuah dunia yang nyata.
***
Letak Kerajaan Shambhala
Teks kuno Zhang Zhung menyebutkan, Shambhala identik dengan Lembah Sutlej di Himachal Pradesh. Sedangkan bangsa Mongolia mengidentikkannya dengan lembah-lembah tertentu di Siberia selatan.
Informasi mengenai kerajaan ini sampai ke peradaban barat pertama kali lewat seorang misionaris katolik Portugis bernama Estevao Cacella yang mendengar kisah ini dari penduduk setempat. Lalu pada tahun 1833, seorang cendikiawan Hungaria bernama Sandor Korosi Csoma bahkan menyediakan kordinat Shambhala yang dipercaya berada diantara 45′ dan 50′ lintang utara.
Menariknya, menurut catatan Alexandra David Neel yang telah menghabiskan sebagian hidupnya di Tibet, Shambala ternyata tidak hanya dikenal di Tibet. Jauh di utara Afghanistan, ada sebuah kota kecil yang bernama Balkh, sebuah kota kuno yang juga dikenal sebagai “ibu dari kota-kota”.
Legenda masyarakat Afghanistan modern menyatakan bahwa setelah penaklukan oleh kaum Muslim, kota Balkh sering disebut sebagai “Lilin yang terangkat” atau dalam bahasa Persia dikenal dengan sebutan “Sham-I-Bala”. Entahlah, tidak tahu pasti apakah kota ini berhubungan dengan Shambhala yang misterius atau tidak.
Legenda Shambhala kemudian menarik perhatian seorang penganut esoterik dan teosofi bernama Nicholas Roerich (1874-1947). Dalam keingintahuannya, ia menjelajahi gurun Gobi menuju pegunungan Altai dari tahun 1923 hingga tahun 1928. Perjalanan ini menempuh 15.500 mil dan melintasi 35 puncak-puncak gunung tertinggi di dunia. Namun usaha yang luar biasa ini tetap tidak dapat menemukan kerajaan itu.
Bahkan Nazi yang juga sangat berkaitan dengan dunia esoterik pernah mengirim ekspedisi pencarian Shambhala pada tahun 1930, 1934 dan 1938. Tapi, tidak satupun dari antara mereka yang berhasil menemukannya.
Shambhala sulit ditemukan
Setiap kali penjelajah mendekati kerajaan itu, perjalanan mereka menjadi semakin sulit dilihat. Salah satu pendeta Tibet menulis bahwa peristiwa ini memang dimaksudkan untuk menjauhkan Shambhala dari para barbar yang berniat untuk menguasainya.
Pendeta Tibet juga percaya, Shambhala takkan bisa dilihat manusia, jika mereka masih mengalami degradasi ideologi dan kemanusiaan. Materialisme akan menyebar ke seluruh bumi. Ketika para “barbar” ini bersatu dibawah komando seorang raja yang jahat, maka barulah kabut yang menyelubungi pegunungan Shambhala akan terangkat dan pasukan raja ini dengan persenjataan yang mengerikan akan menyerang kota itu.
Sementara beberapa cendekiawan seperti Alex Berzin, dengan menggunakan perhitungan dari Tantra Kalachakra, mempercayai sebuah ramalan akan munculnya Shambhala kelak.
Menurutnya, ketika kebudayaan timur bergerak ke barat, mitos Shambhala bangkit dari dalam kabut waktu. Kerinduan akan kedamaianlah yang telah menyebabkan umat manusia berusaha menemukan kerajaan utopia ini. Mungkin tidak akan pernah menemukan Shambhala, namun mungkin juga tidak perlu mencari terlalu jauh.

0 komentar:

Posting Komentar