Kamis, 20 September 2012

Benua Antartika Kuno Mengalami Pemanasan Global



Ketika Bumi mengalami pemanasan global, perubahan terbesar terlihat di benua Antartika kuno, gerakan hujan terkait dengan iklim yang lebih hangat seperti daratan masa kini, Islandia
.
Tim ilmuwan yang terlibat dalam studi ini, mempublikasikan penelitian tersebut pada tanggal 17 Juni 2012 diNASA Jet Propulsion Laboratory, yang dipimpin oleh Sarah J. Feakins dari University of Southern California -Los Angeles, dan peneliti dari NASA Jet Propulsion Laboratory -California, serta Louisiana State University, Baton Rouge.

Benua Antartika Kuno Merupakan Benua Hijau

Sebuah studi menemukan bahwa daratan Antartika kuno jauh lebih hangat dan lebih basah daripada dugaan sebelumnya. Iklimnya sangat sesuai untuk mendukung vegetasi yang besar, termasuk pohon kerdil yang hidup disepanjang tepi benua Antartika yang beku.
Benua Antartika Kuno
Ilustrasi Benua Antartika Kuno / Credit: NASA/JPL-Caltech/Dr. Philip Bart, LSU
Penelitian tersebut memeriksa sisa-sisa daun tanaman (lapisan) lilin dalam sampel inti sedimen yang diambil dari lapisan bawah Es Ross. Tim peneliti menemukan suhu musim panas di sepanjang pantai benua Antartika 15 hingga 20 juta tahun yang lalu berkisar 11 derajat Celsius, lebih hangat dari suhu tertinggi saat ini (7 derajat Celsius). Tingkat curah hujan juga ditemukan menjadi beberapa kali lebih tinggi daripada sekarang.
Tujuan utama dari penelitian ini untuk lebih memahami perubahan iklim masa depan, rekor ini menunjukkan bagaimana suhu pada waktu itu jauh lebih hangat dan basah. Para ilmuwan mulai curiga bahwa di benua Antartika selama pertengahan zaman Miosen lebih hangat dari sebelumnya, ketika rekan Sophie Warny (asisten profesor di LSU), menemukan banyak serbuk sari dan ganggang dalam inti sedimen yang diambil di sekitar benua Antartika. Fosil spesies tanaman hidup di benua Antartika sangat sulit didapat karena gerakan lapisan es raksasa yang mencakup masa daratan terkubur dan jauh dibawahnya.
Melalui informasi sampel serbuk sari kecil itu, Feakins melihat sisa-sisa daun lilin yang diambil dari inti sedimen untuk mencari petunjuk. Daun lilin berperan sebagai catatan perubahan iklim dengan mendokumentasikan rasio isotop hidrogen dari air tanaman. Dan inti es bisa memberi petunjuk sekitar satu juta tahun yang lalu.
Ketika planet ini memanas, perubahan terbesar terlihat di kutub, gerakan hujan terkait dengan iklim yang lebih hangat di belahan bumi utara dan selatan, seperti daratan masa kini, Islandia.
Penghijauan di benua Antartika terjadi selama zaman Miosen tengah, antara 16,4 dan 15,7 juta tahun yang lalu. Masa ini terjadi setelah zaman dinosaurus yang telah punah 64 juta tahun yang lalu. Selama zaman Miosen, sebagian besar hewan modern tampak berkeliaran di Bumi, seperti kuda, rusa, unta dan berbagai jenis kera. Manusia modern tidak muncul hingga 200.000 tahun yang lalu.

Pemanasan Global Benua Antartika Di Zaman Miosen

Kondisi hangat selama zaman Miosen dianggap berhubungan dengan tingkat karbon dioksida, berkisar 400 hingga 600 Part Per Million (ppm) atau dengan kata lain saat itu bumi mengalami pemanasan global.
Pada tahun 2012, tingkat karbon dioksida telah meningkat menjadi 393 ppm, zaman Miosen masih memiliki tingkat karbon dioksida tertinggi selama jutaan tahun. Pada tingkat suhu saat ini, karbon dioksida atmosfir sangat mendukung untuk membawa bumi mencapai tingkat yang sama seperti zaman Miosen tengah pada akhir abad ini, tahun 2100.
Tingkat karbon dioksida tinggi selama pertengahan zaman Miosen telah didokumentasikan dalam penelitian lain melalui beberapa bukti, termasuk jumlah pori-pori mikroskopis pada permukaan daun tanaman dan bukti geokimia dari tanah dan organisme laut.
Sementara para ilmuwan belum mengetahui mengapa karbon dioksida berada di tingkat tertinggi selama zaman Miosen tengah, bersamaan dengan pemanasan global yang tercatat dalam sejarah di berbagai belahan dunia, dan sekarang juga terjadi di wilayah benua Antartika yang muncul bertepatan dengan pemanasan global saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar